Rabu, 15 September 2010

Tempe Semangit Bikin Nyandu

TAK semua makanan yang hampir basi harus dibuang. Jika diracik dan dimasak dengan bumbu khusus bisa menjadi menu yang disukai banyak kalangan.
Tempe, misalnya. Sejauh ini, jenis lauk tersebut dikenal makanan yang tak mengenal basi. Justru dengan sedikit basi, tempe dianggap semakin sedap jika dikonsumsi dengan sambal pedas dan sayur bening.


Di Pati, makanan itu diracik dengan bumbu yang berbeda dengan sayur bening. Tempe hampir basi dimasak dengan santan dan rempah-rempah, serta cabai sehingga bercitarasa pedas.


Lantaran bahan utamanya tempe setengah basi dan dominasi rasa pedas masyarakat setempat, kerap menyebut masakan ini tempe semangit atau sego pedes. Cukup mudah mencari menu khas ini karena telah tersebar hampir di seluruh penjuru kota berjargon Bumi Mina Tani itu.


Namun, sejumlah warung dan rumah makan yang paling diburu karena tempe semangitnya kebanyakan berada di Kecamatan Wedarijaksa dan sebagian Kecamatan Pati.
Desa Jontro, Kecamatan Wedarijaksa dikenal luas sebagai penyaji tempe semangit yang asli. Puluhan warung dan rumah makan menjadikan tempe semangit sebagai menu wajib di daerah yang berhimpitan dengan Kecamatan Pati itu.


Sebut saja Suwarni (30), ibu muda ini lebih memilih meneruskan usaha warung ibunya daripada merantau ke luar negeri seperti para tetangganya. Sejak tahun 1996, dia setia membantu orang tuanya melayani pelanggan di warung gedhek (anyaman bambu).


Kendati berada di tengah kampung, sekitar 300 meter dari jalan raya Pati-Tayu, warung tersebut tak pernah sepi pembeli. Bukan hanya para tetangga yang menikmati sego pedes racikannya, mereka yang datang dari luar kota juga banyak yang menyempatkan singgah di warung berlantai tanah itu.


Ratusan Porsi


Dalam sehari, tak kurang 10 kg beras habis dijual Ndok Ni-panggilan akrab Suwarni. Sebagai pendamping nasi sebanyak itu, dia memasak tempe 40 bungkus. Tempe sejumlah tersebut bila dimasak menjadi ratusan porsi.


Menurutnya, tempe semangit atau sego pedes cukup jamak dimasak warga Jontro dan sekitarnya. Karena semakin sulit mendapatkan tempe setengah basi, maka banyak bermunculan warung yang khusus menjual menu tersebut.
“Tempenya sengaja dibuat basi dulu. Kira-kira setelah membeli dibiarkan selama tiga hari. Setelah setengah basi, baru dimasak dengan bumbu pedas,” ujar wanita yang sedang mengandung anak keduanya itu.


Seorang pelanggan di warung itu, Kimbo mengaku, tempe semangit tidak akan terasa nikmat jika tidak dimasak pedas. Menurutnya, kebiasaan masyarakat setempat memang suka makan pedas dan sudah seperti candu. (M Noor Efendi-54)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar