Kamis, 16 September 2010
congyang
- congyang adalah minuman beralkohol khas Nguren. resminya bermerk dagang "cap tiga orang", namun tak tahu mengapa kok lebih populer disebut cong yang. minuman ini termasuk minuman beralkohol golongan B dan mengandung alkohol 19,5 %.
komposisi: hasil fermentasi beras putih, spirit, gula pasir, aroma, pewarna makanan Karmoisin CI No. 14720, Tartrazin CI No. 19140, Brilliant Blue CI No. 42090.
diproduksi: Pers. Tirto Waluyo, Semarang
Rabu, 15 September 2010
ANGGUR KOLESOM DAN BIR BINTANG
Memang dalam setiap acara pesta, minuman keras adalah integrasi dari acara. Campuran BCA alias bir campur anggur dengan perbandingan dua botol bir dan satu botol anggur kolesom adalah campuran favorit untuk setiap pesta ataupun kongkow – kongkow tua dan muda. Bila kantong agak cekak, “Habok” atau “Jenefer” minuman sejenis arak biasa sebagai subsitusi untuk memberi efek fly. Tak heran bila tindak kejahatan premanisme, perkosaan dan tindakan kekerasan lainnya kadang terjadi di kota kecil ini bila kebanyakan minum minuman keras.
Tapi yang lebih mengejutkan adalah sebuah survey yang pernah dilakukan oleh sebuah lembaga akademisi ternyata adalah minuman keras, rokok dan sirih pinang menempati tiga urutan teratas setelah rumah, kesehatan dan pendidikan anak. Sungguh sebuah ironi memang, betapa spesies yang bernama manusia masih belum bisa menentukan priotitas yang penting bagi hidup mereka.
Sebuah upaya penyadaran kritis memang perlu dilakukan, namun itu semua kembali ke masing – masing individu. Mungkin hal tersebut memang lebih dianggap sebagai prioritas, mungkin mereka memang tidak peduli..Entahlah!
Wong nguren, Kecelakaan
---
Kecelakaan di jalan raya sebenarnya dapat dihindari, jika para pengguna jalan memiliki kesadaraan untuk benar-benar mematuhi peraturan lalu lintas dengan baik. Selain itu, berlaku sopan dan menghargai sesama pengguna jalan perlu dibudayakan. Karena dengan sopan di jalan, bukan mustahil dapat mencegah sekaligus dapat menekan terjadinya kecelakaan di jalan raya.
Seperti halnya jalur Pati-Tayu yang terbilang sangat tawan terjadinya kecelakaan. Sebagai contoh peristiwa kecelakaan yang terjadi pada Sabtu (12/6) lalu. Hanya dalam waktu beberapa jam saja, terjadi tiga kali kecelakaan.
Jalan Raya Pati - Tayu kini memang dikenal sebagai jalur yang "tenkorak" bagi pengguna jalan. Baik pengguna kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Apalagi para pengendara dan pengguna jalan tersebut, sering mengabaikan kesopanan berlalulintas.
Sebagai catatan, belum genap sebulan, sejumlah kecelakaan telah merengut beberapa nyawa. Misalnya remaja putri bernama Dewi Listiarini, 15, warga RT 5/RW IV, Desa Kutoharjo Kecamatan Pati Kota. Kecelakaan serupa kembali terjadi pada Sabtu (12/6) pagi. Kali ini tiga kecelakaan lalulintas terjadi beruntun, di tempat berbeda yang mengakibatkan lima orang mengalami luka berat dan ringan.
Dalam peristiwa yang terjadi pada pukul 04.30, tabrakan melibatkan truk engkel bernomor polisi K-1102-AA, dan angkutan kota trayek Pati-Trangkil bernopol BG-8224-UH. Dalam kecelakaan itu sopir angkutan umum bernama Arif, 40, warga Bongsri Desa Mulyoharjo mengalami patah tulang lengan, dan seorang penumpang yang ada disampingnya mengalami patah tulang di bagian kaki.
Selang satu jam kemudian, di tempat berbeda seorang perempuan menjadi korban trabrak lari pengendara motor Megapro, di jalan raya Pati - Tayu tepatnya Desa Wedarijaksa. Korban tabrak lari mengalami luka serius di bagian kepala.
Masih di jalan raya Pati Tayu, kecelakaan lalulintas ketiga terjadi di Desa Ngepungrojo, Kecamatan Pati Kota, pukul 08.00. Kecelakaan tersebut melibatkan dua sepeda motor Vario bernopol K-2869-JH yang dikendarai Sriningsih, 25, warga Desa Langgengharjo Kecamatan Juwana, dan sepeda motor Yamaha Jupiter Z bernopol B-6893-BDF yang dikemudikan Warsito, 26, warga Desa Ngurensiti, Kecamatan Wedarijaksa.
Korban dalam tiga kecelakaan yang terjadi beruntun dalam sehari itu, semuanya dirawat di RSUD RAA Suwondo Pati. Sedang kendaraan yang terlibat dalam insiden itu, diamankan di Satlantas Polres Pati.
Atas maraknya peristiwa kecelakaan ini, Kapolres Pati AKBP Listiyo Sigit Prabowo melalui Kasat Lantas Polres Pati, Amlis Cahniago mengungkapkan keprhatinannya. Untuk itu Kapolres mengimbau pada masyarakat khususnya para pengendara yang menggunakan jalan tersebut untuk lebih hati-hati dan waspada.
Selain itu, pihaknya juga mengharapkan agar para pengendara dapat membudayakan tertib lalu lintas di jalan raya. "Kami mengharapkan masyarakat proaktif menjaga ketertiban di jalan raya. Sekaligus pengendara kendaraan bermotor jangan lupa memakai helm dan menghidupkan lampu walaupun di siang hari. Hal ini selain upaya pencegahan juga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan,'' ujarnya. (cw1/joe)
Konco Tani, nandur macem-macem
Petani Diharapkan Tak Hanya Tanam Tebu
Ngurensiti- Rendemen tebu petani yang terus berkurang belakangan ini membuat Pemkab Pati prihatin. Pasalnya, kondisi demikian membuat petani semakin terpuruk karena hasil yang didapat dengan biaya produksi tidak seimbang.
Demikian disampaikan Bupati Tasiman saat membuka Sekolah Lapang (SL) Agribisnis Swadaya se-Kecamatan Wedarijaksa, di Desa Ngurensiti, Senin (20/8). Tampak hadir dalam acara itu, antara lain Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distannak) Ir Pujo Winarno MM, dan Camat Wedarijaksa Drs Mochari MM.
Menurut Tasiman, penurunan kualitas ini salah satunya disebabkan pola tanam yang kurang baik. Yakni, satu benih digunakan untuk beberapa kali panen. Dengan kata lain, petani hanya mengepras tebu tanpa mengganti benih pada setiap musim tanam. Karena itu, pihaknya berharap, petani bisa sadar untuk tidak terus menerus menanam tebu. "Kalau bisa diselingi dengan tanaman lain, jadi bisa lebih menguntungkan," jelas Bupati.
Tidak hanya menanam satu jenis tanaman juga disarankan Camat Mochari. Dia mencontohkan, melon yang ditanam sebagian besar petani Desa Ngurensiti secara terus menerus justru terkena virus. "Karena penanaman melon tidak pernah berhenti, pemutusan siklus hama tidak ada. Hasilnya tidak maksimal," ujar Mochari.
Sementara dalam SL Agribisnis tersebut, Ketua Panitia Sumarto menyatakan, acara itu sebagai ajang belajar bersama dalam mengembangkan tanaman yang memiliki prospek ekonomis lebih baik. Seperti yang telah dilakukan sebagian besar petani Ngurensiti dengan menanam bawang merah, cabe, sawi, tomat, dan mentimun.
Sekdes Ngurensiti, Hadipan mengatakan, dalam dua tahun terakhir, para petani di desanya telah merasakan hasil menanam bawang merah, cabe, dan sawi. "Sebelumnya, petani menanam melon, karena terkena virus maka beralih tanaman lain."
Menurut dia, tanaman holtikultura tersebut ditanam setelah panen padi MT I, yakni sekitar Maret. Demikian juga dengan tebu, banyak petani yang mengolah lahannya setelah panen untuk tanaman bawang merah, cabe, atau sawi. (fen-76)
Sego Gandul
Tengah. Dilihat sepintas, ia sangat mirip dengan nasi pindang dari
Kudus, tetapi tanpa daun so (daun melinjo muda). Kalau nasi pindang
kudus adalah hasil persilangan antara soto dan rawon, maka nasi gandul
pati adalah persilangan antara soto dan gule. Nasi gandul memang lebih
nendang dan mlekoh rasanya bila dibanding dengan nasi pindang.
Sajian
ini merupakan kombinasi dari dua masakan yang masing-masing dimasak
dengan bumbu sangat kaya. Elemen pertama adalah empal daging sapi (juga
termasuk jeroan) yang dimasak dalam bumbu-bumbu harum, kemudian digoreng
sebentar. Empalnya sudah gurih bila dimakan begitu saja.
Elemen
kedua adalah kuah santan yang juga sangat gurih. Rasa jintan dan
ketumbar mencuatkan citarasa gulai atau kari India. Sedangkan lengkuas
dan bawang putih mewakili unsur-unsur soto yang populer di Jawa.
Diperkaya dengan bumbu-bumbu lain, diikat dengan santan yang membuatnya
sungguh mak nyuss.
Tidak semua penjual nasi gandul – baik di
Pati, maupun di kota-kota lain – menyajikannya dengan cara yang sama.
Tetapi, yang pasti, hampir semua penjual nasi gandul memakai alas piring
dari daun pisang. Tampaknya ini merupakan ciri penting yang tidak boleh
tidak. Sebagian penjual memakai gunting untuk memotong-motong daging
maupun jeroan. Cara menggunting ini juga populer dilakukan di Kudus,
misalnya ketika menyajikan nasi pindang. Para penjual nasi kari ayam di
Medan pun menggunakan gunting untuk memotong-motong daging ayam.
Ada
penjual nasi gandul yang menuang kuah di atas nasi, kemudian
menggunting-gunting empal di atasnya. Tetapi, ada pula yang menggunting
empalnya dan menaburkannya di atas nasi, baru kemudian dituangi kuah. Di
atasnya ditaburi bawang merah goreng yang renyah.
Mengapa
disebut nasi gandul? Pertanyaan sederhana ini ternyata sulit menemukan
jawabnya. Hampir tidak ada jawaban memuaskan, termasuk dari mereka yang
berdagang nasi gandul. Satu-satunya jawaban yang agak masuk akal adalah
karena nasi dan kuahnya "gemandul" (bergantung) di atas piring yang
terlebih dulu dialasi daun pisang.
Lauk wajib untuk nasi gandul
adalah tempe goreng. Seperti terlihat di foto, tempenya adalah jenis
yang dibungkus individual. Tipis, padat, dan kering. Teksturnya yang
garing itu sangat padan dengan tendangan kuah nasi gandul yang mantap.
Tentu saja, lauk-pauk gorengan lainnya juga cocok untuk mendampingi nasi
gandul.
Kalau sedang di Pati, makanan berkuah nan gurih ini
paling cocok disantap dengan didampingi es sirup kawista yang aromanya
sangat harum.
Tempe Semangit Bikin Nyandu
TAK semua makanan yang hampir basi harus dibuang. Jika diracik dan dimasak dengan bumbu khusus bisa menjadi menu yang disukai banyak kalangan.
Tempe, misalnya. Sejauh ini, jenis lauk tersebut dikenal makanan yang tak mengenal basi. Justru dengan sedikit basi, tempe dianggap semakin sedap jika dikonsumsi dengan sambal pedas dan sayur bening.
Di Pati, makanan itu diracik dengan bumbu yang berbeda dengan sayur bening. Tempe hampir basi dimasak dengan santan dan rempah-rempah, serta cabai sehingga bercitarasa pedas.
Lantaran bahan utamanya tempe setengah basi dan dominasi rasa pedas masyarakat setempat, kerap menyebut masakan ini tempe semangit atau sego pedes. Cukup mudah mencari menu khas ini karena telah tersebar hampir di seluruh penjuru kota berjargon Bumi Mina Tani itu.
Namun, sejumlah warung dan rumah makan yang paling diburu karena tempe semangitnya kebanyakan berada di Kecamatan Wedarijaksa dan sebagian Kecamatan Pati.
Desa Jontro, Kecamatan Wedarijaksa dikenal luas sebagai penyaji tempe semangit yang asli. Puluhan warung dan rumah makan menjadikan tempe semangit sebagai menu wajib di daerah yang berhimpitan dengan Kecamatan Pati itu.
Sebut saja Suwarni (30), ibu muda ini lebih memilih meneruskan usaha warung ibunya daripada merantau ke luar negeri seperti para tetangganya. Sejak tahun 1996, dia setia membantu orang tuanya melayani pelanggan di warung gedhek (anyaman bambu).
Kendati berada di tengah kampung, sekitar 300 meter dari jalan raya Pati-Tayu, warung tersebut tak pernah sepi pembeli. Bukan hanya para tetangga yang menikmati sego pedes racikannya, mereka yang datang dari luar kota juga banyak yang menyempatkan singgah di warung berlantai tanah itu.
Ratusan Porsi
Dalam sehari, tak kurang 10 kg beras habis dijual Ndok Ni-panggilan akrab Suwarni. Sebagai pendamping nasi sebanyak itu, dia memasak tempe 40 bungkus. Tempe sejumlah tersebut bila dimasak menjadi ratusan porsi.
Menurutnya, tempe semangit atau sego pedes cukup jamak dimasak warga Jontro dan sekitarnya. Karena semakin sulit mendapatkan tempe setengah basi, maka banyak bermunculan warung yang khusus menjual menu tersebut.
“Tempenya sengaja dibuat basi dulu. Kira-kira setelah membeli dibiarkan selama tiga hari. Setelah setengah basi, baru dimasak dengan bumbu pedas,” ujar wanita yang sedang mengandung anak keduanya itu.
Seorang pelanggan di warung itu, Kimbo mengaku, tempe semangit tidak akan terasa nikmat jika tidak dimasak pedas. Menurutnya, kebiasaan masyarakat setempat memang suka makan pedas dan sudah seperti candu. (M Noor Efendi-54)